Banyak orang biasanya meremehkan hal – hal atau masalah – masalah kecil dan menganggap hal – hal tersebut tidak penting. Hal ini memang tidak salah, ya sama sekali tidak salah jika kita melihatnya dari sudut pandang dunia. Dunia memang mengajarkan kita demikian, dunia berkata kalau kita bisa sukses dalam perkara – perkara besar, pasti untuk perkara – perkara kecil akan dapat dengan mudah kita selesaikan. Jadi kebanyakan orang berpegang pada cara pandang ini, yaitu dengan terus mengejar kehebatan dalam hal – hal besar, namun untuk setia hal – hal kecil merasa tidak terlalu perlu.
Tapi kita di sini tidak berbicara bagaimana cara pandang dunia, kita berbicara apa yang dikatakan alkitab. Ayo coba kita cek apa yang dikatakan alkitab.
Lukas 16:10, Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Ya, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk dapat setia dalam hal – hal kecil, untuk setia dalam perkara – perkara kecil terlebih dahulu sebelum kita dapat setia dalam perkara besar. Orang yang bisa mengatasi perkara besar pastilah dimulai dari hal – hal yang sangat kecil. Dengan kata lain, kualitas seseorang dinilai bukan dari seberapa hebat mereka menyelesaikan masalah yang besar, namun seberapa hebat mereka setia dalam masalah kecil. Semua dimulai dari hal yang kecil terlebih dahulu. Jadi jangan pernah kecewa kalau kita hanya dipercayakan hal – hal yang kecil. Belajarlah untuk setia tentang apapun yang dipercayakan kepada kita.
Tuhan Yesus tidak hanya asal bicara, Tuhan Yesus selama hidupnya setia dalam hal – hal yang paling kecil sekalipun. Misalnya dengan setia berdoa setiap pagi dan setiap malam seperti yang dibahas di Yesus berdoa pada siapa? Doa memang bisa dikatakan sebagai hal yang sangat sederhana dan Yesus setia dalam hal ini. Ada suatu kisah yang dapat meyakinkan kita bagaimana Tuhan Yesus setia dalam hal – hal kecil. Coba kita lihat ayatnya.
Yohanes 20:7, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.
Ini adalah sebuah kisah kecil yang sering terlewat oleh kita semua. Di saat kebangkitannya, ternyata Tuhan Yesus tidak meninggalkan kubur dengan begitu saja, Tuhan Yesus setia dalam hal kecil, dalam hal ini adalah merapihkan kain peluh yang ada di kepalanya. Hal ini terbukti bagaimana kain peluh tersebut sudah tergulung.
Sepertinya satu bukti dari kisah di atas tidak akan cukup untuk dapat meyakinkan orang Indonesia. Jadi tenang saja, saya sudah punya kisah lain yang benar – benar menunjukkan bagaimana pentingnya setia dalam hal kecil. Kisah ini cukup panjang, agar lebih mengerti saya akan memberikan seluruh ayat yang berhubungan dengan hal ini saja.
Hakim – Hakim 2:7, Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku. Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead." Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang. Tetapi TUHAN berfirman kepada Gideon: "Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi." Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum." Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya."
Di atas adalah kisah bagaimana Allah menyeleksi pasukan yang akan dibawa Gideon untuk berperang melawan orang Midian. Pada mulanya ada 32.000 orang pasukan. Seleksi pertama sangat sederhana, orang yang takut dan gentar diperbolehkan untuk tidak ikut berperang, maka 22.000 orang mundur dan tersisalah 10.000 orang. Ternyata jumlah ini juga masih terlalu banyak, Allah tidak mau Gideon maju dengan banyak pasukan karena Allah mau menunjukkan kuasa-Nya dengan pasukan yang sedikit namun dapat mengalahkan musuh yang sangat banyak. Seleksi kedua pun dilakukan. Apa seleksinya? Ternyata seleksinya sangat teramat sederhana, semua pasukan disuruh minum air dari sungai. Bagaimana cara mereka minumlah yang akan menentukan apakah mereka masuk seleksi atau tidak. Secara singkat, orang yang minum dengan cara sedikit – sedikit (tidak rakus) adalah orang yang dipilih, hanya 300 orang. Inilah orang – orang terbaik pilihan Allah sendiri. Ketiga ratus orang ini dipilih bukan karena gagah perkasa mereka, bukan karena mereka adalah yang paling kuat, namun karena mereka semua adalah orang – orang yang setia dalam hal kecil.
Saya teringat dengan cerita suatu film yang sangat terkenal yaitu “300”. Film ini bercerita bagaimana 300 pasukan Spartan dapat menghabisi beribu – ribu musuh. Leonidas, pemimpin mereka tentu sangat mengenal pasukannya. Leonidas memilih pasukan – pasukan terbaik karena memang Leonidas mengenal mereka semua. Leonidas tentu hanya memilih 300 orang terbaik yang Leonidas kenal adalah pasukan terkuat. Dalam kisah Gideon tadi Allah juga memilih 300 pasukan terbaiknya. Dan seperti dikatakan sebelumnya, 300 orang yang dipilih Allah adalah orang – orang yang setia dalam hal kecil. Jadi masikah kamu meremehkan hal – hal yang kecil?
Terakhir, saya akan mencoba untuk mengupas beberapa contoh hal – hal kecil apa saja yang banyak luput dari perhatian kita. Perlu diperhatikan, contoh – contoh yang disebutkan mungkin saja bisa menjadi tips bagaimana memilih pasangan yang baik (untuk yang belum memiliki pasangan hidup). Kamu juga bisa melihat kualitas hidup dari orang lain dari hal – hal kecil yang mereka lakukan. Dengan mengetahui ini kita juga dapat introspeksi diri apakah kita sudah setia dalam hal kecil atau belum.
Yang pertama adalah masalah yang rohani terlebih dahulu, misalnya dalam beribadah setiap Minggu. Apakah kita setia dalam melakukan ibadah setiap minggunya? Ataukah kita sering melupakannya? Kalau kita datang, apakah kita datang tepat pada waktunya? (Dalam hal ini saya harus bertobat, saya sering datang telat dalam beribadah). Setelah itu ada hal kecil yang sangat penting, apakah kita berfokus pada Tuhan saat beribadah atau membagi fokus kita kepada hal lain? Misalnya membagi fokus kita kepada pesan singkat yang masuk. Sesibuk apapun kita, masakan kita tidak bisa menunda untuk membalas apapun pesan yang masuk itu selama paling lama 2 jam? Jadi jika sedang beribadah, matikan handphone kita. Kalau memang mau dipakai untuk alkitab, pastikan handphone tersebut dalam mode pesawat atau sinyalnya mati. Bawa alkitab dalam bentuk buku agar kita tidak tergoda untuk membuka – buka pesan yang ada di handphone kita. Ini memang hal kecil, tetapi kalau kita tidak setia dalam hal ini, bagaimana kita bisa setia dalam hal yang lebih besar?
Masih masalah yang terlihat rohani, yaitu bagaimana kita berdoa dan bersaat teduh setiap hari. Selain itu kita juga harus dapat setia dalam membaca alkitab setiap hari. Pengenalan kita akan Tuhan tidak akan cukup kita dapatkan dari ibadah setiap Minggu saja, kita perlu mengenal Tuhan setiap hari melalui saat teduh kita. Yang belum tahu apa itu saat teduh bisa baca di Saat Teduh dan untuk yang baru ingin memulai membaca alkitab bisa membaca terlebih dahulu Memulai Membaca Alkitab.
Selanjutnya kita juga harus setia dalam hal – hal kecil yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari – hari yang banyak orang tidak mau melakukannya. Bayangkan jika kita dapat setia dalam hal – hal kecil, maka kualitas hidup kita juga akan meningkat. Salah satu contohnya adalah membuang sampah pada tempatnya. Untuk hal ini sepertinya tidak perlu diajari ya, hanya perlu kesadaran saja. Hal lainnya adalah taat lalu lintas. Jika kita tidak dapat taat kepada pemerintah yang kelihatan, bagaimana kita dapat taat kepada Tuhan yang tidak kelihatan? Jika kita terkena lampu merah, sesepi apapun jalan, ayo kita mau belajar untuk menunggu. Menunggu lampu merah paling lama mungkin adalah 2 menit, jarang sekali lebih. Jika kita dapat setia dalam menunggu lampu merah yang merupakan hal kecil, kita juga pasti akan bisa setia dalam hal yang lebih besar. Orang yang bisa bersabar secara luar biasa mungkin salah satunya adalah karena orang tersebut mau belajar untuk taat pada lalu lintas.
Sebenarnya masih banyak sekali hal – hal kecil yang dapat kita bahas dalam kehidupan sehari – hari. Tetapi sepertinya tulisan ini sudah terlalu panjang untuk membahas itu semua. Jadi kesimpulannya adalah:
Ketaatan sejati dimulai dari hal – hal kecil.
Sumber : www.tanyaalkitab.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar