Pancasila tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan
sekedar simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Tetapi, Pancasila adalah
acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena
itu, kita wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Tingkah laku sehari-hari kita harus mencerminkan
nilai-nilai luhur Pancasila.
Untuk mengamalkan Pancasila kita tidak
harus menjadi aparat negara. Kita juga tidak harus menjadi tentara dan
mengangkat senjata. Kita dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kita dapat memulai dari
hal-hal kecil dalam keluarga. Misalnya melakukan musyawarah keluarga.
Setiap keluarga pasti mempunyai masalah. Nah, masalah dalam keluarga
akan terselesaikan dengan baik melalui musyawarah. Kalian dapat belajar
menyatukan pendapat dan menghargai perbedaan dalam keluarga. Biasakanlah
melakukannya dalam keluarga.
Dalam lingkungan sekolah pun kita harus membiasakan bermusyawarah. Hal
ini penting karena teman-teman kita berbeda-beda. Pelbagai perbedaan
akan lebih mudah disatukan bermusyawarah. Permasalahan yang berat pun
akan terasa ringan. Keputusan yang diambil pun menjadi keputusan
bersama. Hal itu akan mempererat semangat kebersamaan di sekolah. Tanpa
musyawarah, perbedaan bukannya saling melengkapi. Tetapi, justru akan
saling bertentangan. Oleh karena itu, kita harus terbiasa bermusyawarah
di sekolah. Kerukunan hidup di lingkungan sekolah akan terjaga. Dengan
demikian, kalian tidak akan kesulitan menghadapi dalam lingkungan yang
lebih luas. Berawal dari keluarga kemudian meningkat dalam sekolah,
masyarakat, bangsa, dan negara.
1. Pengamalan Pancasila dalam Rangka Menghargai Perbedaan
Pancasila dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud
dalam sikap menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi
hambatan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Hal itu merupakan
sikap yang harus kita tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum
memiliki dasar negara. Tetapi, sikap para tokoh telah mencerminkan
semangat kebersamaan dan jiwa ksatria. Mereka bersedia menerima
perbedaaan apa pun ketika proses perumusan dasar negara berlangsung.
Nah, sekarang kita telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang
kuat. Kekuatan Pancasila telah terbukti selama berdirinya negara
Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila juga mampu bertahan menghadapi rongrongan pemberontak. Oleh
karena itu, kita harus bangga memiliki dasar negara yang kuat. Kita
harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita harus
memiliki sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan Pancasila.
Kita harus menyadari bahwa negara kita terdiri atas beragam suku bangsa.
Setiap suku Bangsa memiliki ragam budaya yang berbeda. Perbedaan suku
bangsa dan budaya bukan menjadi penghalang untuk bersatu. Tetapi, justru
perbedaan itu akan menjadikan persatuan negara kita kuat seperti
Pancasila.
2. Pengamalan Pancasila dalam Wujud Sikap Toleransi
Mengamalkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup
bangsa) berarti melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ,
menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup sehari-hari , agar hidup
kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagian lahir dan batin.
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah sangat
penting karena dengan demikian diharapkan adanya tata kehidupan yang
serasi (harmonis).
Bahwa pengamalan pancasila secara utuh (5 sila) tersebut adalah
merupakan menjadi syarat penting bagi terwujudnya cita-cita kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila
Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar
Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga
negara, baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan. Oleh sebab itu, diharapkan lebih terarah usaha-usaha
pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan Pancasila dan pembangunan
bangsa untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.
1. Jalur-jalur yang digunakan
1) Jalur pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan
Pancasila, baik pendidikan formal (sekolah-sekolah) mapun pendidikan
nonformal (di keluarga dan lingkungan masyarakat), keduanya sangat erat
kaitanya dengan kehidupan manusia.
Dalam pendidikan formal semua tindak-perbuatannya haruslah mencerminkan
nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam pendidikan keluarga pengamalan
Pancasila harus ditanamkan dan dikembangkan sejak anak-anak masih kecil,
sehingga proses pendarah-dagingan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan
menuntut suasana keluarga yang mendukung. Lingkungan masyarakat juga
turut menentukansehingga harus dibina dengan sungguh-sungguh supaya
menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan pengamalan Pancasila.
Melalui pendidikan inilah anak-anak didik menyerap nilai-nilai moral
Pancasila. Penyerapan nilai-nilai moral Pacasila diarahkan berjalan
melalui pemahaman dari pemikiran dan dan pengamalan secara pribadi.
Sasaran pelaksanaan pedomaan pengamalan Pancasila adalah perorangan,
keluarga, masyarakat, baik dilingkungan tempat tinggal masing-masing,
maupun di lingkungan tempat bekerja.
2) Jalur media massa
Peranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media massa dari
dahulu sampai sekarang sangat kuat, baik dalam pembentukan karakter yang
positif maupun karakter yang negatif, sasaran media massa sangat luas
mulai dari anak-anak hingga orang tua. Sosialisasi melalui media massa
begitu cepat dan menarik sehingga semua kalangan bisa menikmati baik
melalui pers, radio, televisi dan internet. Hal itu membuka peluang
besar golongan tertentu menerima sosialisasi yang seharusnya belum
saatnya mereka terima dan juga masuknya sosialisasi yang tidak bersifat
membangun. Media massa adalah jalur pendidikan dalam arti luas dan
peranannya begitu penting sehingga perlu mendapat penonjolan tersendiri
sebagai pola pedoman pengamalan Pancasila. Sehingga dalam menggunakan
media massa tersebut harus dijaga agar tidak merusak mental bangsa dan
harus seoptimal mungkin penggunaannya untuk sosialisasi pembentukan
kepribadian bangsa yang pancasilais. Jadi, untuk sosialisasi-sosialisasi
yang mengancam penanaman pengamalan Pancasila harus disensor.
3) Jalur organisasi sosial politik
Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen bangsa dan
negara Indonesia. Organisasi sosial politik adalah wadah
pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan
keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur
dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai Republik Indonesia
harus mengikuti pedoman pengmalan Pancasial agar berkepribadian
Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, abdi masyarakat
juga sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala kendala akan
mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan
terwujud.
2. Penciptaan suasana yang menunjang
1) Kebijaksanaan pemerintah dan peraturan perundang-undangan
Penjabaran kebijaksanaan pemerintah dan perundang-undangan merupakan
salah satu jalur yang dapat memperlancar pelaksanaan pedoman pengamalan
pancasila dimana aspek sanksi atau penegakan hukm mendpat penekanan
khusus.
2) Aparatur negara
Rakyat hendaklah berpartisipasi aktif di dalam menciptakan suasana dan
keadaan yang mendorong pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila. Dan
aparatur pemerintah sebagai pelaksana dan pengabdi kepentingan rakyat
harus memahami dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di dalam
masyarakat. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pengamalan Pacasila
perlu disediakan dan memfungsikan lembaga-lembaga kenegaraan, khususnya
lembaga penegak hukum dalam menjamin hak-hak warga negaranya dan
melindungi dari perbutan-perbuatan tercela.
3) Kepemimpinan dan pemimpin masyarakat
Peranan kepemimpinan dan pemimpin masyarakat, baik pemimpin
formal maupun informal sangat penting dalam pelaksanaan
pedoman pengamalan. Mereka dapat menyampaikan bagaimana pola Dengan
pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila dan menyuruh bawahan atau
umatnya untuk mengikuti pola pedoman pelaksanaan Pancasila. begitu
Pengamalan pancasila akan tetep les
A. Pedoman Pengamalan Pancasila
Pedoman dalam penghayatan dan pengamalan pancasila dituangkan dalam
ketetapan No.II/MPR/1978. Penjabaran ketetapan MPR itu adalah (Noor Ms.
Bakry: 1994, 183-185):
1. Sila ketuhanan Yang Maha Esa
1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk
agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3) Mengembangkan saling hormat menghormati kemerdekaan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4) Menghargai setiap bentuk ajaran agama, dan tidak boleh memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memandang persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia tanpa membedakan suku, turunan dan kedudukan sosial.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tepa selira dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan.
5) Merasa sebagai bagian dari seluruh umat manusia dan karena itu
berkewajiban mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa-bangsa lain.
3. Sila persatuan indonesia
1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Cinta tnah air dan bangsa Indonesia, sehingga sanggup dan rela
berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa, apabila diperlukan.
3) Bangga sebagai bangsa Indonesia ber-Tanah air Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dunia.
4) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dalam memajukan pergaulan hidup bersama.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga-masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sma dalam.
2) Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlabih dahulu
diadakan musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat,
diliputi oleh semangat kekeluargaan.
3) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah
dan melaksanakannya dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab.
4) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur,
dengan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, serta tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain.
5) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. Sila keadilan bagi seluruh rakyat indonesia
1) Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat indonesia.
2) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur menceminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
3) Bersikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati ha-hak orang lain.
4) Memupuk sikap suka memberi pertolongan kepada orang lain yang
membutuhkan agar dapat berdiri sendiri, tidak menggunakan hak milik
untuk pemerasan, pemborosan, bergaya hidup mewah dan perbuatan lain yang
bertentangan dan merugikan kepentingan umum.
5) Memupuk sikap suka bekerja keras dan menghargai karya orang lain yang
bermanfaat, serta bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan
kesejahteraan bersama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar